Bunsay 2 – Hari ke 4

Partner komunikasi: Anak

Hari ini adalah jadwal kakak manasik haji di sekolah. Untuk pertama kalinya Ia pergi sendirian bersama guru dan teman-temannya tanpa keluarga (orangtua ataupun adik) di umur 6 tahun. Saat akan berangkat saya berpesan kepadanya bahwa ini adalah perjalanan yang menyenangkan bersama guru dan teman dan anggaplah ini seperti berangkat ke sekolah hanya saja kali ini dilaksanakan di sebuah tempat baru yakni asrama haji yang letaknya cukup jauh maka harus ditempuh dengan naik bus. Saya juga menyampaikan bahwa karena ini kegiatan sekolah maka kakak harus mengikuti arahan guru dan izin jika ingin ke toilet lalu minta antar guru.

Saat bus sampai kembali dari kegiatan manasik haji terlihat anak saya agak cemberut dan berkeringat dingin lalu saya tanyakan kepadanya apa yang Ia rasakan Ia bilang sedikit pusing karena jalanan agak macet, saya langsung membawanya pulang untuk istirahat barulah kemudian saat Ia sudah rapi bersih dan sudah kenyang makan Ia menceritakan bahwa kegiatannya seru dan menyenangkan walaupun lelah dan Ia tadi pusing karena biasanya kalau pergi dengan saya dia memilih untuk duduk dekat jendela namun karna berdua teman maka dia tidak bisa bersandar ke jendela dan pusing, ia juga menceritakan kenapa agak cemberut karena teman seperjalannnya tidak mau bertukar kursi dan dia bilang “rese” dan setelah saya tanya lebih lanjut ternyata yang dimaksud rese olehnya adalah berisik.

Kemudian anak saya meminta pinjam telepon, dan minta disambungkan dengan no temannya. Saat saya tanya, memangnya untuk apa? Ia jawab aku mau ngobrol bu. Setelah itu terjadilah percakapan dua anak di telepon dimana anak saya mengungkapkan apa yang ia rasakan kepada temannya ala bahasa anak-anak tentunya. Karena saya ikut mendengarkan saya menanggapi, karena perjalannnya menyenangkan yuk baikan lagi sama teman. Setelah itu mereka berdua saling meminta maaf di telepon dan tertawa-tawa kembali sambil ngobrol ala bocah cilik.


Kesimpulan: Hal yang dipelajari dari latihan hari ini adalah belajar memahami dunia anak dan memahami perasaan anak dahulu sebelum mengajarkannya untuk memahami orang lain. Agar anak pun dapat menghargai perasannya sendiri. Pada prakteknya ini cukup sulit dan saya berusaha untuk memahami perasaan anak saya dan apa yang ia rasakan sebelum menilai dan memberi pesan kepadanya

Tinggalkan komentar